ADAT Minangkabau adalah adat yang menganut sistem matrilineal, yaitu sistem yang menurut garis keturunan ibu. Pewarisan suku pada seorang anak di Minangkabau adalah menurut suku dari ibunya. Namun, meskipun orang-orang Minang menganut sistem matrilineal, kaum lelaki tidak kehilangan peranannya. Nyatanya kedudukan laki-laki dan perempuan di dalam adat Minangkabau berada dalam posisi yang seimbang dan saling mendukung satu sama lain. Kepemilikan harta pusaka dan hak tata kelolanya memang berada di tangan perempuan, namun pengaturan dan pembagiannya harus sepengetahuan kaum laki-laki. Dengan kata lain, laki-laki memiliki peranan yang tidak kalah penting dibanding perempuan.
Bicara soal lelaki Minangkabau, ada serentetan peran/fungsi yang akan mereka jalani seiring perjalanan waktu dan bertambah dewasanya mereka. Peran dan tugas pokok yang harus dilaksanakan sebaik mungkin sebagai syarat agar seorang lelaki bisa disebut sebagai lelaki Minang sejati. Apa saja syarat dan peranan itu, mari simak penjelasan berikut ini.
Bicara soal lelaki Minangkabau, ada serentetan peran/fungsi yang akan mereka jalani seiring perjalanan waktu dan bertambah dewasanya mereka. Peran dan tugas pokok yang harus dilaksanakan sebaik mungkin sebagai syarat agar seorang lelaki bisa disebut sebagai lelaki Minang sejati. Apa saja syarat dan peranan itu, mari simak penjelasan berikut ini.
Sebagai seorang anak, mereka harus mandiri dan berbakti
Peran dan fungsi seorang lelaki di Minangkabau dimulai saat mereka dilahirkan ke muka bumi. Saat seorang anak lelaki lahir di Minangkabau atau di tanah manapun juga mereka mempunyai tanggung jawab kepada dirinya sendiri serta kepada keluarganya. Menjaga nama baik keluarga dan berbakti kepada orang tua. Namun, dalam adat Minangkabau seorang anak lelaki juga dituntut untuk mandiri, sedari kecil mereka sudah belajar untuk berada jauh dari keluarga. Hidup di surau dan masuk ke dalam masyarakat. Saat mereka telah terbiasa mandiri, mereka tidak akan canggung ketika harus merantau.
Peran dan fungsi seorang lelaki di Minangkabau dimulai saat mereka dilahirkan ke muka bumi. Saat seorang anak lelaki lahir di Minangkabau atau di tanah manapun juga mereka mempunyai tanggung jawab kepada dirinya sendiri serta kepada keluarganya. Menjaga nama baik keluarga dan berbakti kepada orang tua. Namun, dalam adat Minangkabau seorang anak lelaki juga dituntut untuk mandiri, sedari kecil mereka sudah belajar untuk berada jauh dari keluarga. Hidup di surau dan masuk ke dalam masyarakat. Saat mereka telah terbiasa mandiri, mereka tidak akan canggung ketika harus merantau.
Sebagai seorang kemenakan, mereka harus hormat kepada mamak dan berkontribusi kepada kaum
Dalam adat Minangkabau kita mengenal sistem hubungan mamak dan kemenakan. Mamak adalah sebutan untuk saudara laki-laki dari ibu. Saat seorang anak lelaki dilahirkan mereka tidak hanya memiliki peran sebagai seorang anak, tetapi juga seorang kemenakan. Seorang kemenakan laki-laki adalah kader pemimpin dalam kaum/keluarga. Mereka harus membantu mamak dalam memimpin kaumnya. Sebagai seorang kemenakan, lelaki Minang harus menurut dengan mamak mereka, kamanakan barajo ka mamak, kamanakan saparintah mamak.
Dalam adat Minangkabau kita mengenal sistem hubungan mamak dan kemenakan. Mamak adalah sebutan untuk saudara laki-laki dari ibu. Saat seorang anak lelaki dilahirkan mereka tidak hanya memiliki peran sebagai seorang anak, tetapi juga seorang kemenakan. Seorang kemenakan laki-laki adalah kader pemimpin dalam kaum/keluarga. Mereka harus membantu mamak dalam memimpin kaumnya. Sebagai seorang kemenakan, lelaki Minang harus menurut dengan mamak mereka, kamanakan barajo ka mamak, kamanakan saparintah mamak.
Sebagai seorang mamak, mereka harus jadi pemimpin kaum yang baik
Kedudukan mamak di dalam kaum adalah sebagai pemimpin. Mereka memiliki tugas pokok memimpin dan mengarahkan kaum/sukunya. Mamak berperan dalam membimbing kemenakan, memelihara dan mengembangkan harta pusaka, menyelesaikan permasalahan dalam kaum serta mewakili keluarga/kaum dalam urusan keluar. Peranan mamak terhadap kemenakan tidak bisa dibatasi pada kemenakan kontan atau setali darah saja, melainkan bisa lebih luas yaitu sebagai mamak bagi anak-anak di dalam keluarga besar (suku) mereka. Ketika masyarakat Minang menemukan ada anak-anak atau pemuda yang tidak baik tingkah lakunya maka mamak memiliki wewenang untuk meluruskannya. Mamak adalah tempat meminta nasehat bagi kemenakan. Jika kemenakan akan berjalan, kepada mamaklah dia bertanya. Jika kemenakan sudah kembali, mamaklah yang akan menyampaikan kabar.
Kedudukan mamak di dalam kaum adalah sebagai pemimpin. Mereka memiliki tugas pokok memimpin dan mengarahkan kaum/sukunya. Mamak berperan dalam membimbing kemenakan, memelihara dan mengembangkan harta pusaka, menyelesaikan permasalahan dalam kaum serta mewakili keluarga/kaum dalam urusan keluar. Peranan mamak terhadap kemenakan tidak bisa dibatasi pada kemenakan kontan atau setali darah saja, melainkan bisa lebih luas yaitu sebagai mamak bagi anak-anak di dalam keluarga besar (suku) mereka. Ketika masyarakat Minang menemukan ada anak-anak atau pemuda yang tidak baik tingkah lakunya maka mamak memiliki wewenang untuk meluruskannya. Mamak adalah tempat meminta nasehat bagi kemenakan. Jika kemenakan akan berjalan, kepada mamaklah dia bertanya. Jika kemenakan sudah kembali, mamaklah yang akan menyampaikan kabar.
Sebagai seorang ayah, mereka harus menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab
seorang-ayahSelain berperan sebagai seorang mamak terhadap kaumnya, seorang lelaki Minang tentu juga memiliki peranan sebagai seorang ayah terhadap rumah tangganya. Kedua peranan ini harus sejalan sebagai pepatah adat yang berbunyi: Kaluak paku kacang balimbiang, Daun bakuang lenggang-lenggangkan, Anak dipangku kamanakan dibimbiang, Urang kampuang dipatenggangkan. Ketika telah berumah tangga dan memiliki anak seorang lelaki Minang harus bertanggung jawab penuh terhadap rumah tangganya. Ia harus menjamin kesejahteraan dan terpenuhinya kebutuhan anak dan istri. Ia harus menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab.
seorang-ayahSelain berperan sebagai seorang mamak terhadap kaumnya, seorang lelaki Minang tentu juga memiliki peranan sebagai seorang ayah terhadap rumah tangganya. Kedua peranan ini harus sejalan sebagai pepatah adat yang berbunyi: Kaluak paku kacang balimbiang, Daun bakuang lenggang-lenggangkan, Anak dipangku kamanakan dibimbiang, Urang kampuang dipatenggangkan. Ketika telah berumah tangga dan memiliki anak seorang lelaki Minang harus bertanggung jawab penuh terhadap rumah tangganya. Ia harus menjamin kesejahteraan dan terpenuhinya kebutuhan anak dan istri. Ia harus menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab.
Sebagai seorang sumando, mereka harus menjadi sumando niniak mamak
marapulai-anak-daroSaat seorang lelaki Minangkabau menikah maka ia akan menyandang status baru, yaitu sebagai seorang sumando. Rang sumando oleh keluarga besar istrinya. Sumando yang baik adalah sumando niniak mamak. Mereka bisa mengatur barang dan sesuatu dalam keluarga istrinya namun tidak mengambil hak pemilik rumah. Ia menjernihkan yang keruh, merapikan yang kusut, membetulkan yang salah serta mengingatkan yang lupa. Jika sudah demikian ia akan dihormati oleh keluarga istrinya dan diminta pendapat serta kehadirannya dalam perundingan di kampung sang istri.
Meskipun Minangkabau menganut sistem matrilineal, peran penting kaum lelaki tidak bisa dikesampingkan, karena pada hakikatnya lelaki adalah sebagai pemimpin. Luasnya tangan dan raganya ada untuk memberi perlindungan. Luasnya wawasan dan pemikiran ada untuk memberi pencerdasan. Luasnya hatinya ada untuk menampung dan menyelesaikan semua permasalahan. Saat seorang lelaki Minang bisa memahami dengan benar posisi dan tanggung jawabnya itu, saat itulah ia bisa disebut sebagai lelaki sejati. (sumbar.co)
marapulai-anak-daroSaat seorang lelaki Minangkabau menikah maka ia akan menyandang status baru, yaitu sebagai seorang sumando. Rang sumando oleh keluarga besar istrinya. Sumando yang baik adalah sumando niniak mamak. Mereka bisa mengatur barang dan sesuatu dalam keluarga istrinya namun tidak mengambil hak pemilik rumah. Ia menjernihkan yang keruh, merapikan yang kusut, membetulkan yang salah serta mengingatkan yang lupa. Jika sudah demikian ia akan dihormati oleh keluarga istrinya dan diminta pendapat serta kehadirannya dalam perundingan di kampung sang istri.
Meskipun Minangkabau menganut sistem matrilineal, peran penting kaum lelaki tidak bisa dikesampingkan, karena pada hakikatnya lelaki adalah sebagai pemimpin. Luasnya tangan dan raganya ada untuk memberi perlindungan. Luasnya wawasan dan pemikiran ada untuk memberi pencerdasan. Luasnya hatinya ada untuk menampung dan menyelesaikan semua permasalahan. Saat seorang lelaki Minang bisa memahami dengan benar posisi dan tanggung jawabnya itu, saat itulah ia bisa disebut sebagai lelaki sejati. (sumbar.co)
