Bulan sya'ban merupakan bulan pertengahan antara bulan rajab dan ramadhan. Bulan ini juga dikenal sebagai bulan lalai. Sebab pada bulan ini kebanyakan orang lebih sibuk mempersiapkan diri menyambut Ramadhan.
Padahal Rasulullah SAW sangat mengasihi bulan ini. Bahkan beliau bersabda bahwa bulan Sya'ban adalah bulannya. Oleh karena itulah beliau memperbanyak amalan di bulan Sya'ban.
Terlebih lagi pada bulan ini terdapat malam nisfu Sya'ban. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ada banyak keutamaan malam nisfu Sya'ban, salah satunya adalah ditutupnya catatan amal manusia. Sehingga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di malam tersebut. Lantas, benarkah hal tersebut ? Berikut ulasannya.
Meskipun ada banyak sumber yang menyebutkan tentang keutamaan malam nisfu Sya'ban, ternyata tidak ada satupun dalil shahih yang menyebutkan bahwa catatan amal manusia ditutup pada malam nisfu Sya'ban. Sebagian ulama beranggapan bahwa mungkin terjadi kesalah pahaman atau penafsiran yang keliru terhadap hadits Rasulullah SAW.
Disebutkan dari Usmah bin Zaib, ia bertanya, "Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa di bulan Sya’ban?” Rasulullah SAW bersabda, “Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.’” (HR. An Nasa’i 2357, Ahmad 21753, Ibnu Abi Syaibah 9765 dan Syuaib Al-Arnauth menilai ‘Sanadnya hasan’).
Dalam hadits ini Rasulullah SAW sama sekali tidak menyebutkan tentang penutupan catatan amal, melainkan pelaporan amal dibulan Sya'ban. Oleh karenanya beliau memperbanyak puasa dibulan Sya'ban.
Kemudian tidak pula disebutkan pada tanggal berapa di bulan Sya'ban pelaporan itu dilakukan. Bahkan hadits menunjukkan bahwa hal tersebut terjadi selama satu bulan. Sehingga puasa yang dilakukan Rasulullah SAW dibulan Sya'ban ini tidak pilih-pilih tanggal. Bahkan beliau tidak menganjurkan agar kita memilih pertengahan Sya'ban untuk berpuasa. Namun yang beliau lakukan adalah memperbanyak puasa selama bulan Sya'ban.
Selain itu dalam hadits tersebut tidak sedikitpun disebutkan perihal adanya penutupan catatan amal. Rasulullah SAW hanya menyampaikan bahwa ketika di bulan Sya'ban terdapat pelaporan amal dan bukan penutupan amal.
Sejatinya di dalam Islam tidak ada istilah penutupan catatan amal. Sebab kaum muslimin dituntuk untuk selalu beramal hingga ajal menjemput. Bahkan dalam surah Al Hijr Allah SWT telah berfirman bahwa, “Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu Al-Yaqin.” (QS. Al-Hijr: 99)
Para ulama menafsirkan Al-Yaqin ini sebagai kematian. Sehingga hanya kematianlah yang akan menghentikan seluruh amal perbuatan manusia. Dengan demikian, semua manusia diperintahkan untuk terus beribadah hingga maut menjemputnya.
Akan tetapi, meski ia telah meninggal namun catatan amalnya masih belum ditutup. Sebab masih ada amal yang tetap mengalirkan pahala meski seseorang telah meninggal dunia. Sebagaimana disebutkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, " Apabila seseorang sudah meninggal maka seluruh amalannya terputus kecuali dari tiga perkara (yaitu) dari sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shalih yang mendo’akannya."
Disamping itu yang namanya istiqamah itu tentu saja tidak ada putusnya. Sebagaimana jawaban Imam Ahmad ketika ditanya, "Kapan waktu untuk istirahat? " Beliau menjawab, "Ketika pertama kali kita menginjakkan kaki di surga."
Oleh sebab itu, tidak ada istilah catatan amal ditutup. Sebab seorang hamba diperintahkan untuk selalu beribadah hingga kematian menjemputnya. Selain itu amal kita dihisab tidak hanya ketika malam nisfu Sya'ban, namun juga di bulan-bulan lainnya. Dan semoga Allah SWT meringankan langkah dan hati kita untuk terus istiqamah meniti jalan kebenaran. Amin.