Selasa, 24 Mei 2016

Inilah Lelaki yang Doanya Selalu Dikabulkan


Doa merupakan bentuk permohonan seorang hamba kepada Tuhannya saat menginginkan sesuatu. Ada yang doanya terkabul dengan cepat, ada yang harus menunggu lama, dan ada pula yang tidak kunjung dikabulkan hingga akhir hayatnya. 

Sejatinya manusia hanya bisa berdoa dan berharap, namun keputusan diterima atau ditolaknya doa tersebut tetap Allah SWT yang menentukan. Sehingga setelah berdoa dan berusaha, kita harus memasrahkan diri. Sebab segala sesuatu yang Allah Ta'ala berikan pasti yang terbaik untuk hamba-Nya.

Inilah Lelaki yang Doanya Selalu Dikabulkan

Namun tahukah kamu bahwa ternyata ada seorang lelaki yang doanya selalu dikabulkan oleh Allah SWT. Bukan hanya doa yang baik, bahkan doa buruk yang ia ucapkan tidak ada satu pun yang ditolak. Sehingga orang-orang menyebutnya si pemilik doa mustajab. Lalu siapakah lelaki tersebut ? Bagaimana bisa ia mendapatkan keistimewaan itu ? Berikut ringkasan selengkapnya. 

Lelaki ini merupakan orang ketiga yang memeluk Islam dan orang pertama yang melepaskan anak panah dari busurnya di jalan Allah. Ia adalah Sa'ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin Abdi Manaf yang juga merupakan paman Rasulullah SAW.

Bahkan ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, beliau memuji dan bergurau dengan Sa'ad dengan berkata, "Ini pamanku, maka hendaklah seseorang memperlihatkan pamannya kepadaku." (HR. al-Hakim 6113 dan at-Tirmidzi 3752. At-Tirmidzi mengatakan hadist ini hasan).

Seperti sahabat lainnya, keislaman Sa'ad mendapatkan pertentangan dari sang Ibu. Ibunya ingin agar putranya kembali satu keyakinan bersamanya yaitu menyembah berhala dan melestarikan ajaran leluhur. 

Sehingga ibunya mulai mogok makan dan minum untuk menarik simpati putranya yang sangat menyayanginya. Dan ia baru akan makan dan minum jika Sa'ad meninggalkan agama baru tersebut.

Hal itu berlangsung cukup lama, sehingga kondisi sang ibu terllihat mengkhawatirkan. Sehingga keluarganya pun memanggil Sa'ad dan memperlihatkan keadaan ibunya yang sekarat. Seolah-olah pertemuan ini merupakan hari perpisahan menjelang kematian.

Meski menyaksikan kondisi sang ibu yang begitu menderita, namun keimanannya kepada Allah SWT dan Rasulnya berada diatas segalanya. Sa'ad pun berkata, "Ibu, demi Allah. Seandainya ibu memiliki 100 nayawa, lalu satu persatu nyawa itu binasa. Aku tidak akan pernah meninggalkan agama ini sedikitpun. Makanlah wahai ibu, jika ibu menginginkannya. Jika tidaK, maka itu juga pilihan ibu."

Hingga akhirnya sang ibu pun menghentikan mogok makan dan minum. Ia menyadari bahwa kecintaan anaknya terhadap agamanya tidak akan berubah dengan aksi mogok yang ia lakukan. Dengan adanya peristiwa ini, Allah SWT pun menurunkan sebuah ayat yang membenarkan sikap Sa'ad bin Abi Waqqash.

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS: Luqman | Ayat: 15).

Disamping itu, Sa'ad bin Abi Waqqash juga merupakan sosok pemuda yang pemberani dan kuat. Bahkan sedari kecil ia sangat menyukai memanah dan membuat sendiri busur panahnya. 

Selain itu ia juga merupakan orang pertama dalam Islam yang melemparkan anak panah dijakan Allah SWT. Sa'ad juga merupakan satu-satunya orang yang dijamin Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tuanya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam perang Uhud, "Panahlah, wahai Sa'ad ! Ayah dan ibuku menjadi jaminan bagimu."

Kemudian Rasulullah SAW pun meminta kepada Allah SWT agar semua doa Sa'ad menjadi doa yang mustajab dan tidak tertolak. Sebagaimana diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, "Ya Allah, tepatkanlah lemparan panahnya dan kabulkanlah doanya." (HR. Al-Hakim, 3/500)

Oleh karena itulah, segala doa yang diminta oleh Sa'ad selalu dikabulkan oleh Allah SWT. Bukan hanya doa yang baik, doa buruk yang diucapkan Sa'ad pun selalu dikabulkan oleh Allah SWT. 

Sebagaimana diceritakan dari Jabir ra bahwa penduduk Kufah mengadukan Sa'ad kepada khalifah Umar bin Khattab. Oleh karenanya Umar pun mengutus seseorang untuk bertanya tentang Sa'ad kepada orang-orang Kufah. Sehingga utusan tersebut berkeliling dari masjid ke masjid di Kufah dan semua orang yang ditanyainya memberikan penilaian yang positif terhadap Sa'ad. 

Namun ketika ia berhenti di sebuah masjid dan bertemu seorang lelaki yang bernama Abu Sa'dah, lelaki itu berkata, "Kami mengadukan Sa'ad karena ia tidak membagi rampasan secara sama rata, tidak berjalan bersama pasukannya dan tidak berlaku adil dalam menghukumi sesuatu.

Sehingga utusan itu pun menyampaikan perihal itu kepada Sa'ad, lalu Sa'ad pun berdoa, "Ya Allah, kalau ia berdusata maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kefakirannya dan timpakan berbagai fitnah kepadanya."

Kemudian Ibnu Amir menceritakan bahwa ia menyaksikan bahwa lelaki yang mengadukan Sa'ad itu berumur panjang. Bahkan alisnya menutupi matanya karena begitu panjangnya umurnya, ia betul-betul ditimpa kemiskinan dan disebuah jalan ia pernah bertemu dengan budak-budak perempuan lalu merabanya, sehingga ia pun terkena fitnah. Dan saat ditanya, "Mengapa kamu bisa jadi begini?" Ia menjawab, "Aku menjadi tua bangka dan terkena fitnah karena doa Sa'ad." (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Al-Baihaqi dari jalur Abdul Mulk bin Amir)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ada seorang laki-laki muslim yang mengejek Sa'ad. Kemudian Sa'ad pun berdoa, "Ya Allah, potonglah lidah dan tangannya dengan kehendak-Mu." Dan pada waktu perang Kadisiyah, lelaki itu terlempar hingga lidah dan tangannya putus. Sehingga ia tidak bisa berbicara sepatah katapun sampai ajal menjemputnya. (Diriwayatkan oleh Al Thabrani, Ibnu `Asakir dan Abu Na'im dari Qabishah bin Jabir)

Kemudian disebutkan bahwa Sa'ad mendoakan keburukan untuk seorang laki-laki. Dan tiba-tiba lelaki itu tertubruk seekor unta betina hingga ia mati. Lalu Sa'ad menahan nafas dan bersumpah tidak akan mendoakan buruk untuk seorang pun. (Riwayat Al-Hakim dari Mush'ab bin Sa'ad).

Selanjutnya Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Al-Musayyab bahwasanya Marwan pernah berkata, "Harta ini milik kami, maka kami berhak memberikannya kepada orang yang kami kehendaki." Lalu Sa'ad mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Aku akan beroda." Kemudian Marwan pun meloncat dan merangkul Sa'ad sambil berseru, "Engkau akan berdoa kepada Allah, wahai Abu Ishaq. Tolong jangan berdoa, karena harta ini milik Allah."