SEBENARNYA, bagaimana Google bisa mendapatkan pundi-pundi kekayaan yang begitu melimpah?
Menurut laporan Forbes, dalam tiga bulan (Q1) pertama 2016 saja, Google berhasil mengemas pendapatan sekitar Rp268 triliun. Sementara keuntungan bersih mereka mencapai Rp55 triliun.
Angka itu belum seberapa. Sepanjang tahun 2015 lalu, perusahaan rakasasa internet itu bahkan tercatat sukses mencatatkan keuntungan bersih mencapai US$74,5 miliar atau lebih dari Rp992 triliun.
Nah, yang menjadi pertanyaan, sebenarnya bagaimana Google bisa mendapatkan pundi-pundi kekayaan sebanyak itu?
Pastinya, pertanyaan di atas banyak melintas di kepala kita. Pasalnya, tak dapat dipungkiri jika berbagai layanan google, mulai dari mesin pencari Google Search, Gmail, Google Maps, hingga smartphone Android sudah tak dapat dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.
Perlu informasi? Tinggal ketik keyword (kata kunci) di Google Search, dan dalam sekejap seabrek informasi terkait akan muncul. Tidak tahu jalan menuju lokasi tertentu? Dengan mudah kita bisa mendapat tuntunan navigasi dari Google Maps.
Tak bisa bahasa Inggris? Kita hanya perlu memanfaatkan aplikasi Google Translate, dan semua beres.
Menariknya, semua itu bisa dinimati secara cuma-cuma, alias gratis!
Google 'Raja' Iklan Digital
Menurut data penelitian yang dilakukan Word Stream, dalam rentang waktu Q3 2010 hingga Q2 2011, Google sukses meraih keuntungan fantastis sebesar US$33,3 miliar (setara dengan Rp445 triliun). Dan ternyata, 97% dari keuntungan tersebut berasal dari iklan!
Iklan seperti apa? Mungkin sebagian dari kita tidak mengetahui jika perusahaan raksasa teknologi berbasis internet asal California itu memiliki layanan bernama Google AdWords.
AdWords adalah sebuah strategi pemasaran periklanan baru yang menggunakan mesin pencarian Google sebagai media promosi, biasa disebut juga sebagai search engine marketing atau pemasaran berbasis mesin pencari.
Strategi Google AdWords adalah dengan menargetkan kata kunci atau keyword pencarian. Dengan kata lain, kita bisa menargetkan iklan kita keluar dengan kata kunci tertentu.
Sebagai contoh apabila seseorang ingin mengiklankan mengenai rental mobil, maka dia bisa menargetkan keyword 'sewa mobil' pada Google AdWords dan kemudian iklannya akan muncul pada hasil pencarian ketika pengguna mesin pencari Google memasukkan keyword 'sewa mobil'.
Tak tanggung-tanggung, menurut data yang dirilis perusahaan riset eMarketer, nilai bisnis periklanan digital di seluruh dunia pada tahun 2012 adalah Rp 1,6 triliun, jumlah tersebut diproyeksikan akan meningkat dengan pesat pada 2016 menjadi Rp 13,3 triliun.
Google sendiri diakui mendominasi pasar iklan digital. Mereka diklaim menguasai sekitar 33,24% dari pasar periklanan digital global.
Yang Wajib Anda Pahami dari Google Search
Kebanyakan dari kita menganggap mesin pencari Google Search bersifat layaknya peta. Tuliskan di kolom kata kunci terkait hal apa yang kita butuhkan informasinya, dan informasi yang tepat dan paling relevan akan muncul.
Faktanya tidak! Bukan begitu cara kerja mesin pencari Google.
Matt Rosoff, jurnalis teknologi Business Insider menjelaskan bahwa dari sekian banyak produk Google --Android, YouTube, mobil yang bisa berjalan sendiri, dan lain-lain-- mesin pencari Google Search adalah 'senjata komersil' yang paling diandalkan.
Ini adalah lini bisnis terpenting dan paling banyak menghasilan pundi-pundi uang bagi Google. Google adalah pelopor, perumus, 'rajanya' bisnis iklan digital.
Google Search dapat diibaratkan sebagai 'papan iklan'. Ya, papan iklan yang dilihat puluhan juta atau mungkin ratusan juta pengguna internet di seluruh di dunia.
Hasil pencarian yang ditampilkan di Google Search, khususnya yang berkaitan dengan produk, adalah konten-konten berbayar. Para produsen, vendor, distributor, (bahkan media), serta lainnya yang bertujuan memasarkan produk akan berlomba-lomba untuk tampil di deretan teratas dan terdepan di laman mesin pencari Google.
Dan hasilnya Google mengeruk keuntungan super besar dari sistem iklan digital yang mereka terapkan di Google Search.
Android Tak Kalah Menguntungkan
Google selama ini sangat sensitif soal pendapatan mereka dari sistem operasi sejuta umat, Android. Namun, di pertengahan Januari ini, akhirnya nominal keuntungan Google dari Android diungkap oleh Oracle.
Pada tanggal 14 Januari 2016 lalu, Oracle memang melayangkan gugatan pada Google karena menggunakan Java untuk mengembangkan Android tanpa membayar sepeser pun ke Oracle. Menurut data pengacara Oracle dalam gugatan itu, Google dilaporkan sudah meraup laba total US$31 miliar (sekitar Rp 428 triliun lebih).
Lebih detailnya, ada US$22 miliar (sekitar Rp 303 triliun lebih) yang dikatakan menjadi laba bersih Google dari Android.
Mayoritas keuntungan besar Google itu diambil dari iklan di smartphone Android dan toko aplikasi Google Play Store. Mengingat Android sudah diluncurkan sejak tahun 2008, tidak mengherankan bila angkanya sebesar itu.
Google sendiri langsung mendesak pengadilan San Francisco untuk merahasiakan info seputar pendapatan Google tersebut. (money.id)
Menurut laporan Forbes, dalam tiga bulan (Q1) pertama 2016 saja, Google berhasil mengemas pendapatan sekitar Rp268 triliun. Sementara keuntungan bersih mereka mencapai Rp55 triliun.
Angka itu belum seberapa. Sepanjang tahun 2015 lalu, perusahaan rakasasa internet itu bahkan tercatat sukses mencatatkan keuntungan bersih mencapai US$74,5 miliar atau lebih dari Rp992 triliun.
Nah, yang menjadi pertanyaan, sebenarnya bagaimana Google bisa mendapatkan pundi-pundi kekayaan sebanyak itu?
Pastinya, pertanyaan di atas banyak melintas di kepala kita. Pasalnya, tak dapat dipungkiri jika berbagai layanan google, mulai dari mesin pencari Google Search, Gmail, Google Maps, hingga smartphone Android sudah tak dapat dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.
Perlu informasi? Tinggal ketik keyword (kata kunci) di Google Search, dan dalam sekejap seabrek informasi terkait akan muncul. Tidak tahu jalan menuju lokasi tertentu? Dengan mudah kita bisa mendapat tuntunan navigasi dari Google Maps.
Tak bisa bahasa Inggris? Kita hanya perlu memanfaatkan aplikasi Google Translate, dan semua beres.
Menariknya, semua itu bisa dinimati secara cuma-cuma, alias gratis!
Google 'Raja' Iklan Digital
Menurut data penelitian yang dilakukan Word Stream, dalam rentang waktu Q3 2010 hingga Q2 2011, Google sukses meraih keuntungan fantastis sebesar US$33,3 miliar (setara dengan Rp445 triliun). Dan ternyata, 97% dari keuntungan tersebut berasal dari iklan!
Iklan seperti apa? Mungkin sebagian dari kita tidak mengetahui jika perusahaan raksasa teknologi berbasis internet asal California itu memiliki layanan bernama Google AdWords.
AdWords adalah sebuah strategi pemasaran periklanan baru yang menggunakan mesin pencarian Google sebagai media promosi, biasa disebut juga sebagai search engine marketing atau pemasaran berbasis mesin pencari.
Strategi Google AdWords adalah dengan menargetkan kata kunci atau keyword pencarian. Dengan kata lain, kita bisa menargetkan iklan kita keluar dengan kata kunci tertentu.
Sebagai contoh apabila seseorang ingin mengiklankan mengenai rental mobil, maka dia bisa menargetkan keyword 'sewa mobil' pada Google AdWords dan kemudian iklannya akan muncul pada hasil pencarian ketika pengguna mesin pencari Google memasukkan keyword 'sewa mobil'.
Tak tanggung-tanggung, menurut data yang dirilis perusahaan riset eMarketer, nilai bisnis periklanan digital di seluruh dunia pada tahun 2012 adalah Rp 1,6 triliun, jumlah tersebut diproyeksikan akan meningkat dengan pesat pada 2016 menjadi Rp 13,3 triliun.
Google sendiri diakui mendominasi pasar iklan digital. Mereka diklaim menguasai sekitar 33,24% dari pasar periklanan digital global.
Yang Wajib Anda Pahami dari Google Search
Kebanyakan dari kita menganggap mesin pencari Google Search bersifat layaknya peta. Tuliskan di kolom kata kunci terkait hal apa yang kita butuhkan informasinya, dan informasi yang tepat dan paling relevan akan muncul.
Faktanya tidak! Bukan begitu cara kerja mesin pencari Google.
Matt Rosoff, jurnalis teknologi Business Insider menjelaskan bahwa dari sekian banyak produk Google --Android, YouTube, mobil yang bisa berjalan sendiri, dan lain-lain-- mesin pencari Google Search adalah 'senjata komersil' yang paling diandalkan.
Ini adalah lini bisnis terpenting dan paling banyak menghasilan pundi-pundi uang bagi Google. Google adalah pelopor, perumus, 'rajanya' bisnis iklan digital.
Google Search dapat diibaratkan sebagai 'papan iklan'. Ya, papan iklan yang dilihat puluhan juta atau mungkin ratusan juta pengguna internet di seluruh di dunia.
Hasil pencarian yang ditampilkan di Google Search, khususnya yang berkaitan dengan produk, adalah konten-konten berbayar. Para produsen, vendor, distributor, (bahkan media), serta lainnya yang bertujuan memasarkan produk akan berlomba-lomba untuk tampil di deretan teratas dan terdepan di laman mesin pencari Google.
Dan hasilnya Google mengeruk keuntungan super besar dari sistem iklan digital yang mereka terapkan di Google Search.
Android Tak Kalah Menguntungkan
Google selama ini sangat sensitif soal pendapatan mereka dari sistem operasi sejuta umat, Android. Namun, di pertengahan Januari ini, akhirnya nominal keuntungan Google dari Android diungkap oleh Oracle.
Pada tanggal 14 Januari 2016 lalu, Oracle memang melayangkan gugatan pada Google karena menggunakan Java untuk mengembangkan Android tanpa membayar sepeser pun ke Oracle. Menurut data pengacara Oracle dalam gugatan itu, Google dilaporkan sudah meraup laba total US$31 miliar (sekitar Rp 428 triliun lebih).
Lebih detailnya, ada US$22 miliar (sekitar Rp 303 triliun lebih) yang dikatakan menjadi laba bersih Google dari Android.
Mayoritas keuntungan besar Google itu diambil dari iklan di smartphone Android dan toko aplikasi Google Play Store. Mengingat Android sudah diluncurkan sejak tahun 2008, tidak mengherankan bila angkanya sebesar itu.
Google sendiri langsung mendesak pengadilan San Francisco untuk merahasiakan info seputar pendapatan Google tersebut. (money.id)
